Jalan Ronnie Penn untuk menjadi pelatih kebugaran nabati bukanlah hal yang biasa. Hal ini memadukan disiplin yang ditempa di Angkatan Laut, kreativitas kuliner yang diasah di Pasukan Penjaga Pantai, dan apresiasi yang diperoleh dengan susah payah atas dampak besar makanan terhadap kesejahteraan. Perjalanan Penn mengungkap interaksi menarik antara pengalaman militer, perjuangan kesehatan pribadi, dan pemahaman nutrisi yang terus berkembang.
Saat tumbuh dewasa, Penn merasakan ketertarikan yang kuat terhadap pelayanan di luar dirinya. Hal ini membawanya untuk mendaftar di Korps Marinir pada tahun 2004, menandai awal karir militernya. Dia dikerahkan ke Irak selama Operasi Pembebasan Irak dan kemudian menjalani dua tur di Afghanistan dari tahun 2012 hingga 2014. Setelah beralih ke Penjaga Pantai, peran Penn sebagai koki mengenalkannya pada kekuatan makanan pada tingkat yang lebih dalam.
“Militer mengajarkan saya untuk tetap tenang di bawah tekanan dan beradaptasi dengan cepat,” jelas Penn. “Baik ketika saya ditugaskan di luar negeri atau bekerja dengan rekan sekapal saya di dapur, saya belajar seberapa besar dampak makanan, pola pikir, dan disiplin terhadap kinerja dan moral.” Pembelajaran ini menjadi landasan saat ia kemudian beralih ke gaya hidup nabati dan menjalankan perannya sebagai pelatih kesehatan.
Dedikasi Penn terhadap performa puncak fisik selama kompetisi binaraga harus dibayar mahal. Pola makan yang banyak mengandung protein hewani, suplemen, dan tindakan pembatasan menyebabkan masalah pencernaan dan kelelahan kronis. Beralih ke makanan utuh, pendekatan nabati sepenuhnya membalikkan gejala-gejala ini.
“Pencernaan saya membaik, dan energi saya kembali,” kenang Penn. “Sungguh membuka mata untuk melihat seberapa cepat tubuh dapat pulih jika Anda memberinya bahan bakar yang tepat.” Pengalaman ini memicu semangatnya untuk mengadvokasi pola makan nabati dalam lingkungan berkinerja tinggi.
Transisinya tidak selalu mulus. Saat bertugas aktif, mengakses dan menyiapkan makanan nabati terbukti menjadi tantangan, terutama selama penempatan. Ia harus kreatif, mengandalkan makanan pokok seperti oatmeal, kacang-kacangan, nasi, buah-buahan, dan sayur-sayuran. Kecerdasan ini dibawa ke masanya sebagai koki Penjaga Pantai, di mana ia mengejutkan bahkan rekan-rekan sekapal yang paling skeptis dengan semur miju-miju yang beraroma, burrito sayuran, dan burger kacang hitam.
“Awalnya, rekan sekapal saya merasa skeptis,” kata Penn. “Tetapi begitu saya mulai memasak makanan lezat, mereka terkejut dengan betapa memuaskannya makanan nabati.”
Penn mendapatkan inspirasi dari sumber terpercaya seperti karya Dr. Greger di NutritionFacts.org, penelitian dari Physicians Committee for Responsible Medicine (PCRM), dan film dokumenter yang berpengaruh seperti “What the Health” dan “Forks Over Knives”. Ia sangat yakin bahwa pendidikan adalah kunci untuk membuka potensi kehidupan nabati.
“Ketika orang belajar bagaimana menyiapkan makanan nabati utuh dengan cara yang sederhana dan lezat, hal ini menghilangkan faktor intimidasi,” jelasnya. Begitu mereka melihat dampak positifnya terhadap tekanan darah, tingkat energi, dan bahkan pencegahan penyakit, hal ini menjadi lebih dari sekadar pilihan; itu menjadi pilihan yang jelas.”
Saat ini, Penn menjangkau khalayak yang lebih luas melalui program dan aplikasi pelatihan kebugaran online miliknya. Ini menyediakan rencana makan yang disesuaikan, rutinitas olahraga, daftar belanjaan, dan check-in yang akuntabilitas—semuanya dapat diakses oleh mereka yang mungkin tidak memiliki akses ke pelatihan tatap muka tradisional.
Bagi Penn, Hari Veteran lebih dari sekedar hari libur; ini adalah pengingat akan pengorbanan yang telah dilakukan dan kesempatan untuk refleksi pribadi. Dia mendorong sesama veteran untuk memprioritaskan kesejahteraan mereka secara keseluruhan—fisik, mental, dan emosional. “Kami mengabdi pada negara kami; sekarang saatnya mengabdi pada diri kita sendiri dengan menjalani hidup sehat dan terarah.”
